Malam yang datang mengulang perlahan, bagi setiap umatNya
yang kesepian.
Tidur terlentang sembari melihat langit bertatakan
bintang-bintang.
Lalu bermimpi bertemu
pujangga dalam sajak tak bertuan.
Uratku tertarik ke atas seakan mau menghilang.
Lirikan nafas dari tiap-tiap angin membekas di setiap sudut
rumah.
Menandakan ada yang masih mengharapkan untuk bersama.
Di ujung suratnya pun dulu tak ada kata berpisah.
Memang, tapi semua sudah berubah.
Sebahagia apa dirimu dulu?
Sebahagia apa kisahmu, waktu?
Mungkin seseorang itu masih menunggu.
Tidakkah itu juga menyakitimu?
Ribuan kisah memang sudah memudar.
Diabaikan, dilupakan, lalu terlihat samar.
Tapi jangan lupakan sebuah perkenalan.
Yang mengantarkanmu menjadi setegar sekarang.
Komentar
Posting Komentar